Gambarankesulitan ini bisa dilihat dari hasil karya seniman setempat, lagu Genjer-genjer yang muncul pada tahun 1942 karya Moh. Arif, memberikan gambaran kesulitan pangan penduduk Banyuwangi sebagai imbas pendudukan Jepang di wilayah Banyuwangi, sehingga tumbuhan Genjer yang tumbuh liar di area persawahan dan tidak menjadi perhatian penduduk Laguyang hanya melukiskan keadaan sehari-hari rakyat biasa yang hidup sederhana dan menikmati tanaman berupa genjer. Tetapi toh lagu itu ditakuti dan oleh karenanya juga termasuk hasil karya yang terlarang. Kenapa Orde Baru ketakutan ? «Orde Baru adalah orde yang sakit jiwa», kata Hersri kemudian dalam tulisannya di majalah Kreasi nomor 3, 2001. Samahalnya dengan masalah lagu genjer-genjer, Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, walau secara umum lagu tersebut merupakan lagu daerah biasa, namun menjadi berbeda saat didengar oleh kalangan militer, terutama yang mengalami peristiwa G30S/PKI lagu tersebut sangat menyakitkan.5 PRBOGOR - Berikut ini 10 link download twibbon peringatan G30S PKI, yang bisa digunakan secara gratis untuk unggahan media sosial.. Kamu bisa ikut memperingati G30S PKI, menggunakan twibbon dan mengunggahnya di media sosial.. Umum diketahui, peristiwa G30S PKI yang terjadi pada tahun 1965 merupakan gerakan pengkhianatan terhadap bangsa Genjer tanaman lahan basah menginspirasi Muhammad Arif menciptakan syair lagu “Genjer-Genjer” yang distigmakan sebagai lagu Partai Komunis Indonesia (PKI). “Umbul-umbul Blambangan” diangkat sebagai lagu pembangkit semangat membangun Banyuwangi dan dituangkan dalam SK Bupati Nomor 48 tahun 2003. Olehkarena itu, lagu Genjer Genjer dilarang dinyanyikan pada masa Orde Baru, karena orang-orang mengasosiasikannya sebagai lagu PKI. Baca Juga: Gatot Nurmantyo Klaim TNI Disusupi PKI, Ferdinand Hutahaean: Tuduhan Keji dan Fitnah Pecah Belah. Lagu Genjer Genjer sendiri merupakan lagu yang diciptakan seniman Muhammad Arief pada tahun 1940-an. PKIdan menyita buku-buku berbau komunis atau sejarah PKI di sejumlah daerah Indonesia. Demikian pula terhadap lagu yang dinilai merupakan simbol gerakan PKI, yaitu lagu Genjer-genjer. Melalui aksi razia di Mojokerto. Seorang musikus yang menyanyikan lagu itu ditangkap dan diperiksa oleh aparat kepolisian. Gerakan30 September (G30S) adalah sebuah peristiwa berlatarbelakang kudeta yang terjadi selama satu malam pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965 yang mengakibatkan gugurnya enam jenderal serta satu orang perwira pertama militer Indonesia dan jenazahnya dimasukkan ke dalam suatu lubang sumur lama di area Lubang Buaya, Jakarta Timur. Matahatipemuda #GenjerGenjer #PropagandaLaguGenjerGenjerLagu yang kita kenal dengan lagu komunis itu ternyata mempunyai sejarah yang kelam. dan memang lagu Padakongres itulah, Aidit terpilih menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PKI. Ia terus menduduki jabatan tertinggi partai itu hingga saat kehancuran PKI pada 1965 terjadi. Aidit adalah Sekjen PKI yang termuda. Sekaligus juga yang terakhir. 40 Pengaruh dan jasa Aidit terpampang selebar-lebarnya. Di tangan Aidit, PKI menjelma menjadi sebuah 9qo3PM. - Dalam kereta ekonomi yang membawa saya dari Jember menuju Banyuwangi, 2010 silam, pikiran saya penuh oleh adegan di film Pengkhianatan G 30/S PKI. Dalam film propaganda buatan 1984 itu, salah satu adegan yang paling membuat bulu kuduk meremang adalah ketika anggota Gerwani mengelilingi para jenderal yang ditawan, lalu menyilet wajah mereka, diselingi nyanyian "Genjer-Genjer."Setelah Soeharto dan Orde Baru tumbang, barulah semua mulai terang. Film Pengkhianatan murni fiksi, termasuk adegan Gerwani menyilet wajah para Jenderal sembari bersenandung "Genjer-Genjer." Meski sejarah September 1965 mulai benderang, lagu itu tetap berada di sisi gelap sejarah Indonesia. Sekitar setahun sebelum pergi menuju Banyuwangi, saya mendengar cerita tentang Rudolf Dethu yang didatangi oleh aparat. Saat itu Dethu mengasuh program The Block Rocking' Beats. Acara di radio online ini memutarkan daftar lagu para narasumber. Hari itu, narasumbernya adalah Adib Hidayat, managing editor majalah Rolling Stone Indonesia. Dalam 33 lagu daftar lagu yang berkesan baginya, ada "Genjer-Genjer." "Gerwani. PKI. Cakrabirawa. Orde Baru. Soeharto! Lagu yang tidak ada hubungan dengan PKI! Agitasi murahan nan cerdik dari Orde Baru," tulis memutar lagu itu, Dethu didatangi aparat. "Biasalah, disuruh hati-hati karena bisa dianggap pro-PKI, subversif. Hari gini?” kata Kritik Sosial dari Banyuwangi Muhammad Arief adalah seniman Using masyhur dari Banyuwangi yang aktif di Lembaga Kebudayaan Rakyat Lekra. Pada 1942, ia menciptakan lagu "Genjer-Genjer" sebagai gambaran kondisi warga Banyuwangi saat penjajahan Jepang. Sebelum penjajahan Jepang, genjer Limnocharis flava adalah tumbuhan untuk makanan ternak. Ketika Jepang jadi penjajah, banyak warga kelaparan dan terpaksa memakan tumbuhan yang awalnya dianggap hama itu. Salah satu liriknya adalahEmake jebeng padha tuku nggawa welasahGenjer-genjer saiki wis arep diolahGenjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulakSetengah mateng dientas ya dienggo iwakSego sak piring sambel jeruk ring pelancaGenjer-genjer dipangan musuhe sega Jika diterjemahkan menjadiIbu si gadis membeli genjer sembari membawa wadah-anyaman-bambuGenjer-genjer sekarang akan dimasakGenjer-genjer masuk periuk air mendidihSetengah matang ditiriskan untuk laukNasi sepiring sambal jeruk di dipanGenjer-genjer dimakan bersama nasi“Genjer-Genjer” menjadi populer ketika dinyanyikan ulang oleh Bing Slamet, juga Lilis Suryani pada tahun 1962. Pada masa pemerintahan Sukarno, banyak musikus memainkan lagu ini di istana. Kepopuleran lagu ini lantas dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia untuk berkampanye. Lagu yang menggambarkan penderitaan masyarakat desa ini lantas kembali populer di kalangan akar rumput. Begitu lekatnya lagu ini dengan PKI, maka stempel sebagai lagu komunis pun terjadi peristiwa 30 September 1965, beberapa media seperti Angkatan Bersendjata, koran Pantjasila, dan Berita Yudha memuat berita tentang secarik kertas berisi notasi lagu "Genjer-Genjer". Notasi dan lirik lagu di kertas itu berbeda dengan lirik aslinya. Media-media itu juga menurunkan berita bohong tentang penyiksaan para Juga Di Mana Mereka di Malam Jahanam Itu? Nahasnya Organisasi-Organisasi Onderbouw PKI Propaganda akan kesadisan yang dilakukan PKI membuat rakyat Indonesia marah. Maka terjadilah sejarah kelam dalam buku besar bernama Indonesia pembantaian anggota PKI. Tercatat 1 hingga 1,5 juta orang yang dianggap berafiliasi dengan PKI dibunuh. Dalam artikel berjudul "Exit Soeharto Obituary for a Mediocre Tyrant," Ben Anderson, seorang Indonesianis, mengutip perkataan Sarwo Edhi Wibowo, mengatakan bahwa korban pembantaian mencapai 3 juta terhadap lagu "Genjer-Genjer" semakin langgeng karena film Pengkhianatan. Lagu itu kemudian menjadi sinonim PKI, dan karenanya dibenci sekaligus ditakuti. Utan Parlindungan dalam Mitos Genjer-Genjer Politik Makna dalam Lagu 2014, menyebut lagu "Genjer-Genjer" sebagai, "bid'ah, larangan terkutuk yang menyetarakannya seperti hukum Tuhan, dalam kitab-kitab suci agama samawi" karena propaganda Orde Banyuwangi, jejak "Genjer-Genjer" bisa dilacak melalui Andang Chatif Yusuf. Budayawan Banyuwangi ini pernah menjadi Koordinator Sastra LEKRA Banyuwangi, sekaligus teman baik Arief. Saya berkesempatan menemuinya di 2010, ketika keinginan mencari tahu tentang "Genjer-Genjer" amat penangkapan anggota PKI terjadi hampir di seluruh Indonesia, Andang turut ditangkap bersama Arief. Mereka berdua dikurung di Penjara Lowokwaru, Malang, selama 106 hari tanpa proses pengadilan. Namun pada hari ke 107, nasib berbeda memisahkan keduanya. Andang dipindah ke Banyuwangi, dan Arief, menurut pengakuan sipir, dipindah ke Sukabumi. Tapi ia tak bisa ditemui."Arief diselesaikan," ujarnya adalah istilah yang ia pakai untuk menyebut dibunuh. Andang sempat berusaha mencari tahu jejak Arief, tapi hasilnya nihil. Hingga sekarang, mayat maupun kuburan M. Arief tidak pernah ditemukan. Selain Andang, saya sempat berusaha mencari tahu keberadaan keluarga Arief. Tapi usaha itu dihentikan oleh penghubung fixer saya. Ia mengatakan bahwa keluarga Arief terpencar, dan citra buruk masih menimpa keluarga malang ini. Penghubung itu menyarankan saya tak usah mencari keluarga baru tahu tentang kabar keluarga Arief melalui berita sedih yang dimuat banyak media pada 2014 silam. Berita yang dilansir Kompas itu mengabarkan bahwa Sinar Syamsi, anak lelaki Arief, masih terus mendapat teror. Pada September 1965, rumahnya dihancurkan massa. Selepas itu, Syamsi mendapat teror dalam bentuk lain. Ia berulang kali kena pemecatan sepihak dari tempatnya kerja. Saat berusaha melamar kerja, ia ditolak karena cap sebagai keluarga propaganda Orde Baru memang amat dahsyat. Bahkan sebuah lagu yang diciptakan pada 75 tahun lalu masih berhasil dianggap mengerikan dan membawa identitas sebagai lagu komunis. Lagu itu juga kerap menjadi senjata untuk menyerang orang yang berseberangan 2009, Solo Radio FM yang memutar lagu "Genjer-Genjer" didatangi sekelompok orang yang mengaku dari Laskar Hizbullah. Para anggota laskar itu menuntut pihak radio meminta maaf. Kejadian yang sama terulang pada Minggu, 17 September 2017, saat massa anti demokrasi mengepung acara 'Asik-Asik Aksi' yang digelar di gedung Lembaga Bantuan Hukum. Menurut massa, ada lagu "Genjer-Genjer" yang dinyanyikan oleh salah satu peserta. Lagu itu, menurut mereka lagi, "adalah nyanyian para Gerwani yang identik dengan PKI." Padahal, dalam acara itu tak ada penampil yang memainkan lagu "Genjer-Genjer."Baca juga Tak Ada Nyanyian "Genjer-Genjer" di Gedung LBH JakartaMelihat bagaimana masih ada orang-orang yang ketakutan pada "Genjer-Genjer" membuktikan setidaknya dua hal. Pertama, propaganda puluhan tahun Orde Baru masih kuat menancap di sebagian orang. Kedua, jalan menuju sejarah Indonesia yang terang masih amat panjang, dan tentu saja melelahkan. "Genjer-Genjer" menjadi salah satu indikatornya. - Musik Reporter Nuran WibisonoPenulis Nuran WibisonoEditor Maulida Sri Handayani Jakarta - Lagu 'Genjer-genjer' yang diciptakan oleh seorang seniman angklung, M Arif, sejak lama dipermasalahkan. Syair dalam lagu ini kerap kali dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia PKI.Seperti dituturkan dua sejarawan Asvi Warman Adam dari LIPI dan Muhammad Wasith Albar dari UI, syair lagu Genjer-genjer ini aslinya sama sekali tak menyinggung paham ini dibuat seniman M Arif, pada 1943 untuk menyindir kondisi di masa penjajahan Jepang. M Arif memang di era 60'an direkrut PKI dan masuk Lekra, organisasi budayawan bentukan PKI. Lagu genjer genjer itu pun kerap dipakai di acara PKI dengan diubah aransemennya. Dan kemudian lekat dengan stigma lagu PKI. Dikutip dari berbagai sumber, Kamis 12/5/2016, lirik lagunya berisi sindiran atas masa penjajahan Jepang di Indonesia karena membuat kehidupan masyarakat pribumi semakin sengsara dibanding sendiri merupakan tanaman yang tumbuh di rawa-rawa yang kerap disantap itik. Namun seiring berjalannya waktu, genjer-genjer juga menjadi sayuran alternatif bagi warga setempat karena tidak mampu membeli daging kala lirik lagu 'Genjer-genjer' asli dalam bahasa Using dan terjemahannyaVersi asli sesuai ejaan Bahasa Using BanyuwangiGenjer-genjer nong kedokan pating kelelerGenjer-genjer nong kedokan pating kelelerEmake thulik teka-teka mbubuti genjerEmake thulik teka-teka mbubuti genjerUlih sak tenong mungkur sedhot sing tulih-tulihGenjer-genjer saiki wis digawa mulihGenjer-genjer isuk-isuk didol ning pasarGenjer-genjer isuk-isuk didol ning pasarDijejer-jejer diuntingi padha didhasarDijejer-jejer diuntingi padha didhasarEmake jebeng padha tuku nggawa welasahGenjer-genjer saiki wis arep diolahGenjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulakGenjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulakSetengah mateng dientas ya dienggo iwakSetengah mateng dientas ya dienggo iwakSego sak piring sambel jeruk ring pelancaGenjer-genjer dipangan musuhe segaTerjemahan Bahasa IndonesiaGenjer-genjer di petak sawah berhamparanGenjer-genjer di petak sawah berhamparanIbu si bocah datang mencabuti genjerIbu si bocah datang mencabuti genjerDapat sebakul dia berpaling begitu saja tanpa melihatGenjer-genjer sekarang sudah dibawa pulangGenjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasarGenjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasarDitata berjajar diikat dijajakanDitata berjajar diikat dijajakanIbu si gadis membeli genjer sambil membawa wadah-anyaman-bambuGenjer-genjer sekarang akan dimasakGenjer-genjer masuk periuk air mendidihGenjer-genjer masuk periuk air mendidihSetengah matang ditiriskan untuk laukSetengah matang ditiriskan untuk laukNasi sepiring sambal jeruk di dipanGenjer-genjer dimakan bersama nasi aws/dra Ketika mencari lagu-lagu tempo dulu di youtube, saya cukup lama berhenti di salah satu klip Alm. Bing Slamet saat menyanyikan lagu genjer-genjer. Lagu dan liriknya mengingatkan saya kepada Almarhumah Ibu saya. Ketika masih kecil, saya pernah mendengar Ibunda menyenandungkan tersebut meski dengan suara lirih hampir tak jelas. Saya memang lahir dan dibesarkan di Banyuwangi, kota paling timur pulau Jawa. Lirik lagu genjer-genjer yang berbahasa Banyuwangi osing begitu akrab di telinga. Dan ketika beranjak remaja tahun 80’an, saya pun baru tahu bahwa lagu tersebut dilarang dinyanyikan dan diperdengarkan oleh pemerintah waktu itu orde baru karena itu lagu PKI. Saya tidak tahu kenapa lagu tersebut menjadi identik dengan Partai Komunis Indonesia? Padahal lirik jauh dari istilah-istilah komunis atau bukan seperti lagu penyemangat yang heroik. Bahkan sangat sentimental dan dengan syair yang sederhana. Lirik lagu genjer-genjer Genjer-genjer nong kedokan pating kelelerGenjer-genjer nong kedokan pating kelelerEmak’e thole teko-teko mbubuti genjerEmak’e thole teko-teko mbubuti genjerUlih sak tenong mungkur sedhot sing tolah-tolehGenjer-genjer saiki wis digowo mulih Genjer-genjer esuk-esuk didol ning pasarGenjer-genjer esuk-esuk didol ning pasarDijejer-jejer diuntingi podho didhasarDijejer-jejer diuntingi podho didhasarEmak’e jebeng podho tuku nggowo welasahGenjer-genjer saiki wis arep diolah Genjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulakGenjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulakSetengah mateng dientas yo dienggo iwakSetengah mateng dientas yo dienggo iwakSego sak piring sambel jeruk ring peloncoGenjer-genjer dipangan musuhe sego Kalau diterjemahkan secara bebas artinya, sebagai berikut Tanaman genjer di sawah berhamparan sangat banyakIbu si bocah datang mencabut genjerDapat sebakul terus berpaling tanpa menolehGenjer sekarang sudah dibawa pulang Genjer pagi hari dijual ke pasarDiikat ditata berjajar digelar di bawahIbu si gadis membeli genjer sambil membawa keranjang bambuGenjer sekarang akan dimasak Genjer-genjer dimasukkan ke air mendidih dalam periuk Setengah matang ditiriskan untuk laukNasi sepiring dan sambal jeruk ada di dipanGenjer pun dimakan bersama nasi Pencipta lagu Genjer-genjer Lagu dan lirik Genjer-genjer diciptakan oleh Muhammad Arief seorang seniman angklung dari Banyuwangi, pada tahun 1942. Sedangkan Genjer Limnocharis flava adalah tanaman gulma sejenis enceng gondok yang tumbuh di sawah atau rawa–rawa. Kalau kita resapi lirik lagu tersebut, sepertinya tidak mempunyai arti yang berlebihan, cuma sekedar bercerita tentang tanaman yang tumbuh liar bisa menjadi santapan yang lezat bahkan bisa diperjualbelikan. pencipta dan naskah asli lagu genjer-genjer foto Beberapa pendapat mengatakan, syair di dalamnya mengandung kritik sosial, menyindir penguasa di masa pendudukan Jepang di Indonesia. Pada saat itu, kondisi rakyat semakin sengsara dibanding penjajahan sebelumnya. Hal itu menyebabkan tanaman genjer yang biasanya dikonsumsi oleh ternak, menjadi santapan lezat sebagai pengganti daging. Kepopuleran lagu tersebut semakin terkenal semenjak masa setelah merdeka, karena dinyanyikan oleh musisi terkenal waktu itu seperti Bing Slamet dan Lilis Suryani. Kemungkinan, ketenaran lagu ini akhirnya dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia PKI pada masa 1959 – 1966 Masa Demokrasi Terpimpin untuk dimanfaatkan sebagai salah satu lagu propaganda. Ada cerita lain, saat Nyoto salah satu petinggi PKI sewaktu datang ke Banyuwangi disuguhi lagu genjer-genjer dan tertarik serta meminta dijadikan lagu propaganda karena lirik lagu yang mengambarkan penderitaan warga desa. Maka banyak orang mulai mengasosiasikan lagu genjer-genjer sebagai lagu PKI yang disukai dan dinyanyikan pada berbagi kesempatan. Akibat Peristiwa G-30-S/PKI tahun 1965 rezim Orde Baru yang anti-komunis melarang menyebarluaskan atau menyanyikan lagu ini. Muhammad Arief sebagai pencipta lagu adalah salah satu target kemarahan massa. Arief adalah mantan anggota TNI berpangkat Sersan anggota DPRD Kabupaten Banyuwangi dari PKI, sekaligus aktivis Lembaga Kesenian Rakyat atau Lekra, lembaga kebudayaan di bawah PKI,. Muhammad Arief melarikan diri bersama anggota Lekra/PKI yang lain. Sinar Syamsi 53 anak Muhammad Arief dan Suyekti menceritakan, tidak lama setelah peristiwa G30S meletus di Jakarta, terjadi demonstrasi besar di Alun-Alun Kota Banyuwangi. Demonstrasi itu menuntut agar para anggota PKI ditangkap. “Orang-orang menyerbu ke rumah saya di Kawasan Tumenggungan Kota Banyuwangi, mereka membakar rumah dan seisinya. Setelah itu nasib bapak tidak mendengar lagi hingga sekarang,” kenang Syamsi yang ketika peristiwa itu terjadi berumur 11 tahun. Informasi terakhir didapat adalah tertangkap dan dibawa di markas CPM nasib pencipta lagu saat ini tidak diketahui keberadaannya. Genjer santapan yang lezat Lagu genjer-genjer bukan secara khusus diciptakan untuk PKI dan tidak ada hubungan dengan ajaran komunis, hanya saja si pencipta lagu adalah seorang anggota PKI. Lagu itu adalah musik universal. Saat ini, di era reformasi, lagu genjer-genjer sudah mulai bisa diperdengarkan atau dimainkan oleh kelompok musik tertentu. Bahkan Sebuah band dari Los Angeles, Dengue Fever, membawakan lagu itu dalam bahasa Khmer. Menilik judul lagu masih memakai ejaan lama “gendjer-gendjer” kemungkinan lagu ini sudah dikenal di Vietnam dan sekitarnya tahun 60’an. Artinya sudah Go International. Genjer-genjer versi Vietnam Terlepas dari semua di atas, sampai saat ini genjer merupakan makanan yang lezat untuk disantap. Bisa untuk pecel, rujak sayur, atau ditumis. Masyarakat Banyuwangi pasti tidak asing dengan olahan tanaman ini, dan saya pun menyempatkan mencicipi masakan genjer ketika pulang ke Banyuwangi. Tumis Genjer disarikan dari berbagai sumber